Hidup cuma sekali
kenapa kanvas sucinya
harus di warnai hanya dengan tinta hitam
jiwa disuramkan oleh sebutir debu
dan kita memandangnya
menangisinya
dan membunuh keberanian untuk hidup dan menantang kehidupan
Hidup cuma sekali
kenapa kita harus mengisinya dengan pengahmbaan terhadap sebuah
pembangkangan
lalu ia memalingkan wajah kita dari sinar matahari
kearah kekelapan malam
yang menakutkan
Miras , narkoba dan perburuan pada kepuasan
lalu jiwa terjatuh pada reruntuhan tulang belulang
jadilah roh kita melayang-layang
mencari lentera atau pijar dikegelapan
Hidup cuma sekali
maka ia harus tumbuh bersama bunga-bunga di musim semi
mewangikan zaman
bergerak dinamis dalam perubahan
HANYA TUHAN PENOLONG UTAMA BUKAN NARKOBA
Aku juga pernah di tinggal kesasih
menangisi kemalangan
terjebak dalam kebuntuan
terperosok dalam lubang kebingungan
termakan oleh garangnya kebencian
terasa hidup untuk kesedihan
Kurasakan langit mengitamkan sunyi tanpa tawa. Rasa di cat suram dari catatan dingin tanpa ruang kehangatan. Sosok apa yang ikut memburu jejak kaki yang kalah. Aku ketakutan untuk hidup lebih lama. Bumi menjadi neraka yang dipinjamkan bagi hatiku.
Aku juga pernah dihianati kawan
Bungaku tercuri dari pot cantik di halaman
Terbunuh nafas yang menempel di dedaunan
Tercerai berai asa yang terajut di pelaminan
Lalu seorang kawan datang menawarkan tawa bagi kemuraman. Dengan narkoba katanya tawa berkekalan. Setenggak arak, selinting ganja atau sebutir koplo pasti menuntaskan kekalahan. Katanya aku akan lahir sebagai manusia baru di tengah kehidupan.
Dengan tawa aku menolaknya. Kukatakan bahwa narkoba bukan penolong utama
Sujudku pasti sampai pada-Nya
Ia pasti mengganti segala yang hilang
Ia pasti tau apa yang kubutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar